Merti Desa

Merti Dusun sering disebut juga dengan bersih Desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Karunia tersebut dapat berupa rejeki yang melimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup di dunia. Merti desa juga berkaitan dengan ritual penghormatan kepada leluhur (nenek moyang), sehingga menghadirkan berbagai ritual simbolik terkait dengan tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaannya sebagai pejuang dan babat alas Desa.

Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan keselarasan hidup seluruh warga desa. Silaturahmi, kekeluargaan, guyub, rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, tepa selira, dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat menggambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari tradisi merti desa.

SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta yang beralamat di Jl. Ki Mangunsarkoro 43 ikut andil bagian, kegiatan merti desa yang diselenggarakan oleh Kemantren Pakualaman pada hari Minggu 29 Maret 2024. Keikutsertaannya masih dalam rangka silaturahmi dan merasa menjadi bagian dari masyarakat Pakualaman.

Dengan mengerahkan sebagian siswa yang ikut dalam kegiatan ekstra kulikuler dari berbagai devisi, kami menampilkan budaya jawa. Hal ini lebih karena rasa cinta pada ekspresi budaya. Ikut memiliki dan sekaligus mengembangkan dalam zaman milenial.

Ada empat dimensi peristiwa merti desa secara sosiologis

Pertama, Penguatan Ikatan Komunitas. Di desa, suasana berkumpul ibarat ritual. Manifestasi dari interaksi masyarakat dan semangat kegotongroyongan. Kedua, regiositas. Merti desa mencerminkan pandangan masyarakat Jawa yang harmonis terhadap alam. Kegiatan ini sebagai bentuk syukur atas hasil bumi yang melimpah dan sebagai permohonan agar alam senantiasa memberikan keberkahan.

Ketiga, ekspresi budaya. merupakan salah satu cara masyarakat untuk melestarikan warisan budaya leluhur. Melalui tarian, musik, dan seni pertunjukan lainnya, nilai-nilai budaya lokal terus dihidupkan.

Keempat, fungsi sosial dan psikologis. Merti desa seringkali dianggap sebagai sarana untuk membersihkan diri dan lingkungan dari segala hal negatif, baik secara fisik maupun spiritual. Juga sebagai ujud partisipasi individu merasa yang menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dan mendapatkan rasa aman serta kepuasan batin.

Bagikan:

Tags

Related Post

Leave a Comment