oleh : Maharani Putri
hari senin yang cerah.
sekitar jam 8:30 pagi, kelas 9A sedang bersiap siap untuk pergi ke kebun binatang. mereka sedang menunggu bis-bis yang akan datang di tempat parkir sekolah.
tidak seperti tahun-tahun kemarin yang biasanya pergi ke bogor atau bandung, kali ini mereka pergi ke tempat yang lebih ๐๐๐ ๐ก๐๐๐ yaitu sirkus.
semuanya tampak ceria kecuali satu orang, almira. almira benci sirkus, baginya sirkus hanyalah tempat penyiksaan hewan-hewan dan manusia-manusia serakah mendapatkan uang dari menyiksa hewan-hewan yang malang tersebut.
tapi siapa yang peduli? almira must accept the fact that minority of people with opinions will affect nothing. or worse, being thrown in jail.
vroom vroom suara bis yang nyaring terdengar dari jauh bersamaan dengan baunya asap dari knalpot bis, sudah saatnya kelas 9A berangkat ke kebun binatang.
semua murid 9A berbaris di depan bis mereka masing masing.
“cepetan euy”
“siapa sih yang dorong-dorong?!” “HEYYYY JANGAN DORONG DORONG”
“aer panasss aer panasss minggir klean pada”
percakapan-percakapan yang sering terdengar ketika anak sekolah sedang naik kedalam bis. sudah 5 jam perjalanan ke kebun binatang ini, rasanya almira sampai pengen tiktokan saking bosannya dia. Lagian circus kan banyak yang deket, kok jauh banget sih kebun circusnya? Keluh almira.
almira sedang menyenderkan kepalanya di kaca bis ketika tiba tiba bis berhenti mendadak membuat almira dan semua murid agak kehilangan keseimbangan.
berdiri dari duduknya, pak jamal, wakil kelas 9A mengumungkan, “baik anak-anak, tampaknya kita sudah sampai di “Circus Roncalli”. turun dengan hati-hati”
seperti biasa, terjadi keributan diakibatkan murid-murid yang berebut ingin turun.
akhirnya semua murid telah turun dari bis, betapa leganya angin segar dan cuaca yang cukup cerah. betapa kagetnya almira, kalau ternyata circus yang kali ini dikunjunginya tersebut semua hewannya tidak ada.
benar, tidak ada.
yang ada cuma hologram-hologram yang menyerupai hewan-hewan nyata. Bernhard Paul, penemu dari ide kebun binatang hologram tersebut.
idenya brillian! dengan menggunakan hologram, hewan-hewan yang akan punah atau akan di peras untuk uang sampai dia mati di kandang yang sempit akan merasakan indahnya
hutan-hutan di habitat asli mereka, bukan kandang sempit tempat mereka tidur dan di latih sampai mati yang mereka tidak akan pernah keluar dari situ.
“weeeh liat tuh atraksi gajahnya!! gajahnya back flip euy!!!” celetuk adi. “coba di, kasi daun. ada yang jual daun ga si disekitar sini?”
“gila maneh, emang gajah makan daun?” “engga, makan kamu lah” canda ria teman-teman almira.
bagaimana dengan almira sendiri? rasa shok, kagum dan perasaan yang tidak bisa dia jelaskan sedang bercampur aduk di dalam diri almira membuat almira diam.
tidak merespon ke lelucon-lelucon yang terus dibuat oleh teman-temannya, melainkan hanya melihat atraksi demi atraksi hewan-hewan hologram tersebut dengan diam.
4:56pm, sudah saatnya 9A balik dari “travelling” mereka kali ini.
sesampainya balik di bis, semua murid bercerita tentang semua yang terjadi di circus Roncalli tadi.
“eh masa ya, tadi nama salah satu gajahnya tuh ‘elina’. kek nama siapaaa tauuuu” ledek anton, yang jari telunjuknya menunjuk kepada elina yang sudah terlalu biasa mendapatkan “jokes” seperti ini.
“anton kalo ga diem mulutnya aing kasih tau cinta kalo mane-” ucap elina tanpa melihat ke anton sama sekali.
“IYA IYA AING DIEM” teriak anton.
sepenggal dari semua percakapan yang terjadi di bis 6137 hari senin itu.
almira, yang terlihat diam dari tadi tersenyum mengingat betapa kerennya circus Roncalli itu.
how beautiful this world would be if all circus does exactly what Bernhard Paul does with his circus… bayangin aja dulu world peace nya nanti </3.
Leave a Comment