Syukur Tiada Akhir
Judul di atas meminjam bukunya Jacob Oetama, seorang yang dianggap lokomotif harian Kompas. Beliau bertutur perjalanan Kompas mulai dari kelas stensilan sampai menjadi sebuah perusahaan yang menggurita. Sebuah industri yang melahirkan beberapa perseroan.
Syukur memang paling tepat disematkan pada siapa saja yang mengerti akan kenikmatan hidup atas karunia Tuhan. Berlimpah-limpah kepuasan diguyurkan kepada setiap makhluk, disetiap saat dan dimanapun berada. Maka tidak salah bila SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta mengambil tema “Tasyakur dalam Berkarya” dalam memperingati hari ulang tahunnya yang ke-69. 1 Agustus 2024.
Bagi kami 1 Agustus adalah hari yang harus disyukuri. Momentum untuk evaluasi diri dan menatap kedepan dengan penuh antusias.
Kebetulan kami dilahirkan sepuluh tahun setelah Indonesia merdeka. Kami pun mengerti rasa syukur atas limpahan Rahmat Tuhan yang Maha Esa, dalam mengisi lorong-lorong kehidupan bernegara. Izinkan kami mengucapkan ‘alhamdulillah”. Kami akan terus bergerak mendedikasikan diri dalam ranah pendidikan untuk membangun akhlakul karimah dan mencerdaskan anak bangsa.
Memasuki bulan Agustus, bulan yang sakral bagi Bangsa Indonesia tentu tidak dilewatkan begitu saja. Rasa kebangsaan yang hendak kami ukir lewat kegiatan-kegiatan untuk mempertebal rasa heroik kami. Meskipun rutin, tapi warga sekolah sangat antusias dengan berbagai aktivitas.
Sekitar tiga puluh tahun lagi akan mencapai puncaknya satu abad. Semoga kita dapat menikmatinya. Satu hal yang pasti, setiap memperingati HUT RI, adalah mengenang perjuangan para pahlawan. Mereka bukan saja patriotic pantang menyerah dalam adu akal dan okol dengan bangsa londo. Seorang ustadz kondang KH Zainuddin MZ, mengibaratkan bahwa berdirinya republik ini dari berpondasi nyawa dan bertiangkan darah.
Hingga kini, nyawa kami masih menggebu bila menatap Sang Saka Merah Putih. Kami semakin mantab berselimutkan bendera dengan syahadat. Matahari yang berkilau akan memancarkan jalan yang lurus. Kami masih tetap bergetar untuk membangun peradaban, menuju terbentuknya manusia muslim yang sebenar-benarnya.
Leave a Comment